GRIBS

Gribs










GRIBS telah menjelajahi panggung musik rock Indonesia sejak 2005, akhirnya Rezanov (vokal),Dion (gitar), Arief (bas) dan Rashta (drum) terjun langsung dengan album self titled-nya.Mereka mengajak kita untuk lebih menghargai karya kita sendiri. Berikut obrolan Leonardus Surya untuk Soundup.
Pengusung Rock yang seperti apa sih kalian?Rock yang seharusnya itu dimainkan, bukan Rock yang buat becandaan, jadi Rock yang bener-bener R-O-C-K!
Album pertama berisi 13 lagu, cukup banyak untuk sebuah band rock (baru). Gimana prosesnya?Tergantung compare-nya, kita dari 60 materi, jadi biasa aja. Pemilihan lagu kita rundingkan dengan manager dan produser untuk direkam 30 lagu, dan akhirnya 13 yang dimasukkan album.
Recording kalian lakukan dengan digital dan live, alasannya?Kita mau nemuin spirit yang kita gak dapet kalo pake metronome. Sebenernya lebih prefer ke pita, tapi belum dapet. Kita mau balikin konsep ‘70an, di mana kalo mau nge-band gak bisa setengah-setengah, dari awal sampe akhir satu kesatuan.
Keseluruhan materi album sepertinya bercerita tentang kegelisahan, ingin menceritakan apa?Balik ke proses penciptaan lirik, bisa dari masalah yang dimiliki atau dari sekitar penciptanya. Payung besarnya memang kegelisahan, seperti ‘Sinetron Indonesia’ kegelisahan pada salah satu program TV yang tidak mendidik. Lalu ada ‘Malam Frustasi’ tentang ingin mempertahankan
prinsip konservatif di era yang maju ini.
Hampir seluruh lagu tempo-nya kenceng, dan ada 1 lagu slow rock ‘Ketika’. Apa tujuannya?Untuk album pertama kita ingin nunjukin “kayak gini lho Rock itu”. Dari 60 materi ada yang slow juga, tapi untuk album pertama ini 13 lagu itu adalah yang terbaik dari kesepakatan kita.
Apa sih cerita dari lagu ‘Klaten’?Tentang road song yang dibuat Dion ketika di Klaten. Waktu proses pembuatannya dia ngrasain dapet ilham, sesuatu yang mistis dan ada aura tersendiri. Tapi lagu ini semangatnya adalah gimana kita jauh dari rumah.
Kalau diminta untuk bawain cover lagu musisi lain, siapa dan lagu apa? Loudness, ‘Crazy Nights’ sama ‘Let It Go’, bisanya cuma itu (hahaha). Tapi kita dah punya album nih, ngapain juga bawain lagu orang. Jadi kalau kita diundang untuk nonton kita bakal
datang, tapi kalau untuk main kita bawain lagu sendiri. Sorry nih, tapi kelemahan bangsa Indonesia tu lebih ngehargain karya orang lain, harusnya kita lebih ngehargain karya kita sendiri.
Kalau Reza sendiri, loe kayak Steven Tyler’nya Indonesia nih, gimana tuh?Gue kira loe bakal bilang gue the next Candil (hahaha). Tergantung referensi siapa yang gue idolain kayak Robert Plant, Bon Scott dan Steven Tyler tidak menutup kemungkinan. Tapi
gue ambil ilmunya aja dari mereka.
Udah berapa kopi penjualan album? Puas nggak? Dari laporan Agustus-September itu 200, yang sekarang kita belum dapat laporan lagi. Kita pasti puas karena udah ngelakuin yang terbaik dan kita udah ada bukti karya itu album kita sendiri.
Udah ada rencana album kedua? Temanya apa?Materi udah ada, tinggal dijadiin aja, benang merahnya masih Rock. Kita bakal lebih kritis tentang kehidupan sih tema besarnya.
ROCK menurut GRIBS?Rastha : ROCK adalah sebuah spirit
Dion : ROCK itu bersumber dari hati, mengalir ke tangan dan itu disebut pemain ROCK, mengalir ke otak dan itu disebut pemikiran ROCK
Reza : ROCK adalah pemberontakan
Arief : ROCK adalah sesuatu yang bisa memuaskan adrenalin kita.
Teks & Foto: Surya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar